Pages

December 30, 2011

Masih ada waktu.

Waktu mempunyai kedudukan penting dalam berjalannya aktivitas di alam semesta. Islam memiliki konsep yang jelas tentang waktu.
  1. Konsep pertama bermakna ajal. Sesuai terminologi, ajal berarti penetapan batas waktu. Dalam Al-Qur’an, kata ajal mempunyai kecenderungan pada penetapan akan batas sesuatu (Yunus [10]:49: “Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya”.
  2. Konsep kedua bermakna dahr. Kata ini dalam Al-Qur’an banyak berada pada penjelasan mengenai bentangan waktu yang dilalui dunia dalam kehidupan. Dimulai dari penciptaan alam semesta hingga datangnya hari kiamat. Ini dijelaskan dalam surah Al-Jatsiyah [45]:24: “Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”
  3. Konsep ketiga adalah waqt. Makna ini mempunyai arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa. Hal ini mengacu pada firman Allah dalam surah An-Nisa [4]: 103. “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
  4. Konsep keempat adalah ‘ashr. Ia memiliki arti sebagai masa secara mutlak. Berdasarkan maknanya yang berarti ‘perasan’, maka ‘ashr merupakan suatu bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Makna perasan, yang berarti hasil dari sesuatu yang diperas, mengasumsikan fungsi waktu yang menghasilkan demi memenuhi kebutuhannya (Al -‘Ashr [103]: 1-4).
  5. Terakhir, Islam memiliki konsep waktu yang bersifat relatif. Kisah para pemuda Ashabul Kahfi membuktikan tentang relativitas waktu. Para pemuda tersebut tertidur selama lebih dari tiga abad (309 tahun) dalam sebuah goa. Ketika terbangun, mereka mengira hanya tidur sehari saja sebagaimana diceritakan dalam Surat Al Kahfi ayat 9-26. Kini, kisah tentang Ashabul Kahfi dapat dibuktikan melalui fisika modern dengan Teori Relativitas Einstein yang dicetuskan pada awal abad ke-20. Menurut teori ini, jika suatu benda bergerak dengan kecepatan tertentu (mendekati kecepatan cahaya), maka ia akan mengalami dilatasi waktu dan kontraksi panjang. Dilatasi waktu berarti pemekaran waktu. Aplikasi perhitungan rumus Teori Relativitas menyebutkan bahwa waktu yang berjalan di bumi lebih lambat dari waktu yang berjalan di ruang angkasa. Artinya, seseorang yang pergi ke ruang angkasa dengan pesawat yang sangat cepat, dan kemudian kembali lagi ke bumi 10 tahun, ia hanya pergi selama satu tahun saja (karena adanya time dilation)! Jika ia punya saudara kembar yang menunggu di bumi, saudaranya itu sudah 9 tahun lebih tua darinya. Ini adalah salah satu akibat dari dilatasi waktu. Rentang waktu 14 abad antara diturunkannya al-Qur’an dengan dijabarkannya Teori Relativitas merupakan bukti yang cukup bahwa al-Qur’an benar-benar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak ada keraguan untuk mengimaninya.* (Majalah suara Hidayatullah)

Ada satu lagu dari Ebiet G. Ade berkaitan dengan waktu; ini liriknya

Bila masih mungkin kita menorehkan bakti 
atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas 
Mumpung masih ada kesempatan buat kita 
mengumpulkan bekal perjalanan abadi 

Kita pasti ingat tragedi yang memilukan 
Kenapa harus mereka yang terpilih menghadap? 
Tentu ada hikmah yang harus kita petik 
Atas nama jiwa mari heningkan cipta 

Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu 
Entah sampai kapan, tak ada yang bakal dapat menghitung 
Hanya atas kasihNya, hanya atas kehendakNya 
Kita masih bertemu matahari 
Kepada rumpun ilalang, kepada bintang gemintang 
Kita dapat mencoba meminjam catatanNya 

Sampai kapankah gerangan waktu yang masih tersisa? 
Semuanya menggeleng, semuanya terdiam, 
semuanya menjawab, "Tak mengerti." 
Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud 
Mumpung kita masih diberi waktu.


So, ayo bergerak dalam kebaikan, mumpung kita masih diberi waktu. ^-^


December 18, 2011

Do'a Morning Report Anestesi

Ada rutinitas yang cukup unik di bagian anestesiologi Palembang (sepertinya sama dengan di Bandung), yaitu do'a pagi setelah morning report. Setelah pembacaan do'a ini, semua menjadi tambah bersemangat menjalani aktivitas hari. ^^ 

Berikut naskahnya; 

"Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil'alamin.
Ya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Pada hari ini kami berkumpul bersama memohon ridhoMu ya Allah.

Ya Allah yang Bijaksana,
Berikanlah kami bimbingan dalam mengerjakan pekerjaan kami,
Tunjukanlah kepada kami kemudahan menghadapi segala permasalahan.

Ya Allah yang Maha Mengetahui,
Berikanlah kami pengetahuan yang luas serta kemampuan menjalankan profesi kami,
Kami menyadari kekurangan kami,
Namun rahmat dan berkahMu selalu menolong kami.

Ya Allah Pemilik alam semesta raya,
Sayangilah kami, guru kami, sejawat, rekan kerja, pasien dan seluruh umat manusia,
Lindungilah kami semua untuk mendatangkan keamanan, keadilan dan kemakmuran,

Ya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung,
Dengan keagunganMu, muliakanlah derajat kami, 
Jadikanlah kami termasuk hamba-hamba yang Engkau cintai,
Dengan kuasamu, jadikanlah hari ini menjadi hari yang lebih baik dari hari kemarin,
Dan hari esok yang lebih baik dari hari ini,
agar kami termasuk dalam golongan hamba-hambaMu yang beruntung.

Subhana rabbika rabbil'izzati 'amma yashifun wa salamun 'alal mursalin wal hamdulillahi rabbil 'alamin”


Pantun Sriwijaya

Pantun menjelang Sriwijaya FC vs Persija


Kapal feri masuk boom baru
Dak katek tempat untuk berlabuh
Siapo mang kiper nomer satu?
itu lo mang, ferry rutinsulu.


Ado bebek makan buah rukem
Sudah makan terbang tinggi ke angkasa
Ado bek besak tinggi item legem
Kalu bertahan sangat perkasa.


Nia lavenia pacaknyo benyanyi
Benyanyinyo di kota Semarang
Ayo singa mania kito benyanyi
Biar sriwijaya pacak menang.

Dari kertapati menuju Palembang
Lewat sungai Musi banyak gelombang
Oi mak mano hati dak senang
Malem ini sriwijaya menang.





December 16, 2011

Langit Biru Kota Muntok

Hari ini, tepat satu bulan, saya berada di kota timah ini, di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu dari 5 kabupaten yang ada dalam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Muntok berslogankan Kota TIMAH yaitu singkatan dari "Tertib, Indah, Menawan, Aman, Harmonis".

Sejauh ini, kota ini baik menurut saya. Sejuk, hijau, bersih dari polusi, jauh sekali dari hingar bingar seperti kepadatan di kota Palembang.  Berjarakkan 3 jam perjalanan kurang lebih dengan kapal cepat, kita sudah bisa menginjakkan kaki di pelabuhan Tanjung Kalian. Tetapi kalau pelabuhan Tanjung Siapi-api sudah siap beroperasi, jarak tempuhnya bisa dipangkas lagi.

Kononnya, cukup banyak objek wisata di Kota ini, tapi saya belum sempat untuk berputar-putar, karena memang belum ada kesempatan, hehe.. Objek wisata utama tentu saja pantai, yaitu pantai Tanjung Kalian, dan Tanjung Ular.

Tidak hanya itu, Muntok menjadi begitu bersejarah. Sebab, di tahun 1949, beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia sempat ditahan dan diasingkan di sini. Ada dua tempat bersejarah yang menjadi saksi perjuangan diplomasi para tokoh seperti Bung karno, Bung Hatta, H Agus Salim, dan sejumlah tokoh lainnya. Wisma Menumbing menjadi saksi sejarah, karena Bung Hatta sempat dikerangkeng di wisma yang berada di Bukit Menumbing, sekitar 10 Km dari kota Muntok. Di sana, ada surat-surat Bung Hatta dan Bung Karno. Selain itu, ada pula mobil Ford bernomor BN 10 yang pernah digunakan para tokoh itu saat diasingkan di Pulau Bangka. Sedangkan, wisma Ranggam adalah saksi sejarah tempat diasingkannya Bung Karno.

Ada juga Danau Sekar Biru, yang terletak di Desa Parit III Jebus, kurang lebih 75 Km dari Ibukota Kabupaten. Sekar Biru berasal dari danau yang berwarna biru. Danau tersebut terjadi karena Tambang Timah UPTB. Danau tersebut ternyata agak unik karena airnya berwarna biru, lain daripada danau yang lain, yang berada di sekitar tempat tersebut.


Itulah sekilas kota Muntok. Masih ada kurang lebih 6 bulan, saya di sini. Sebelum memulai kehidupan di Anestesi. Hosh! ^-^

December 13, 2011

Renungan

Benarlah adanya, semua akan berjalan seiring waktu. Melewati banyak perkara dan soal. Begitu pula dengan tawa dan air mata yang turut menjadi warna dalam setiap helaan nafas. Tak pun menyangka, detik yang berjalan berganti berurut-urut hingga penghujung tahun ikut tertelan bersama jalannya awan. Dan aku masih disini, dengan segala kurang yang ada. Muhasabah diri hendaknya tak hanya menjelang ganti hari, tapi beginilah diri. Menghimpun yang terlupa, terlalai dan terbuang di tengah hening.

Benarlah adanya dunia tak selama yang dikira. Hanya sesaat. -Tak kekal bersamai-yang akan ditinggal pergi menghadap Illahi. Begitu cepat berputar, dan sekarang telah tiba di gerbang kehidupan di awal Muharram baru. Dan aku masih disini, dengan segala permintaan yang tak pernah berujung. Memohon kenikmatan iman dan islam pada diri dalam setiap detik yang tersisa. Mengharap keindahan hidayah hingga batas waktu nantinya. Terlebih memohon ampunanMu semata. Meminta kebahagiaan dunia akhirat.

Semoga menjadi lebih baik.

awal Muharram, 1433H.

December 2, 2011

Merbabu Istimewa

Dalam rangkaian tour de Djogja, tepat 21 Mei 2011 lalu, saya dan beberapa teman kepanduan Sleman, Yogyakarta melakukan pendakian Merbabu. Tim ekspedisi ini beranggotakan 8 orang; dipimpin langsung oleh Korsad DIY, Pak Anang. dan beberapa Kepanduan Sleman; Suparjono, Heri, Budi, termasuk adik saya, Candra, sedangkan dari Palembang, saya bersama rekan saya, Makbruri.

Kami memilih jalur selo, Boyolali yang relatif lebih nyaman untuk didaki. Perjalanan dimulai dari Sleman menuju Boyolali dengan sepeda motor selama kurang lebih 2 jam. Sempat ada kejadian tertinggalnya Pak Suparjono di perjalanan. Dan karena tak kunjung datang, kami memutuskan untuk menunggu di posko atas saja. Alhamdulillah setelah isya, personel kami lengkap kembali.

Malam itu jam 19.00, setelah magrib lanjut isya, kami makan malam dan sekaligus briefing medan pendakian. Diputuskan untuk tidur terlebih dahulu sekaligus aklimatisasi suhu dingin dan alhasil saat bangun tidur, saya kedinginan dan langsung buang air besar (daripada nanti kebelet saat di jalan, hehe).

Sekitar, pukul 23.00 kami mulai melakukan perjalanan pendakian. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, kami berjalan langkah demi langkah, menikmati indahnya langit malam Allah yang bertabur bintang. Sekali sekali kami berhenti untuk sekedar meluruskan kaki, merebahkan diri, minum dan makan cemilan seadanya. Ternyata menges juga ya, hehe. Oh y, doping saya malam itu coki-coki + gula merah. Kami juga sempat dihibur oleh Pak Anang dengan puisinya (Judulnya saya lupa), di bawah rembulan dan bintang gemintang malam itu. Subhanallah.

Setelah kurang lebih 5-6 jam, menjelang Subuh, kami sudah sampai di track terakhir sebelum Puncak Merbabu. Kami memutuskan untuk Subuh di sana, karena memang tempatnya agak datar dan sambil menunggu matahari terbit. Gunung Merapi pun tampak jelas dari sini. Setelah puas berfoto-foto ria saat sunrise, kami sarapan. Di sini persiapan Akh Anang cukup lengkap, sampai-sampai beliau memasak telur dadar komplet dengan penggorengan kecilnya. Sedangkan kami cukup dengan mie rebus, roti, teh/kopi hangat, dan buah-buahan. Lumayan, ^^


Pendakian dilanjutkan sekitar pukul 08.00, dan akhirnya sampailah kami di Puncak Merbabu, 3145 kaki di atas permukaan laut. Lagi-lagi kuasa ciptaan-Nya terlihat di sini. Beberapa kelompok Gunung di seantero Jawa Tengah terlihat. Memang Merbabu ini letaknya di tengah, jadi Gunung di sekelilingnya jelas terlihat. Bagai negeri di atas awan. 


Dan kami pancangkan di atasnya gunung yg kokoh dan kami tumbuhkan tanaman yg indah agar menjadi pelajaran dan peringatan bagi hamba yg kembali (QS;Qaf: 6-7).


Selanjutnya gunung apa lagi ya? (^_^)


Never Ending Ukhuwah (Merbabu, 21 Mei 2011)

Merbabu Cerah

Dinner sebelum pendakian, suasana malam & menjelang subuh di lereng Merbabu

Beberapa gunung terlihat dari puncak Merbabu (3145 m dpl)

Pagi hari di lereng Merbabu

Terbitnya sang surya dan Merapi dari lereng Merbabu

Background Merapi

Sarapan ^^

My brother, Candra Muzafar.

Subhanallah, panorama alam sebelum puncak Merbabu

Puncak Merbabu (3145 m dpl)

Spot Sabana dan Edelweis Merbabu

Siluet Pagi Hari Merbabu

Sunrise

Negeri di atas awan

Merah Putih di puncak Merbabu

Tim ekspedisi Merbabu, 21 Mei 2011

Padang Edelweis Merbabu